3 Kemampuan yang Penting Dikuasai saat Berkomunikasi

Komunikasi yang baik dibangun atas dasar saling menghargai antar lawan bicaranya

Berawal dari obrolan di rumah mengenai perilaku anak khususnya saat berkomunikasi, baik dengan teman ataupun orang yang lebih tua, membuat saya berpikir untuk menyampaikan sesuatu kepada anak-anak saya tentang pentingnya untuk mengedepankan 3 hal ini saat berkomunikasi baik perseorangan maupun di depan orang banyak.

Tapi "disclaimer" yaahh, karena saya bukan pakar komunikasi, tulisan ini saya buat hanya berdasarkan pengalaman hidup (cieeee...) dari keseharian saja. Jadi, jika tidak sesuai dengan teori komunikasi ataupun masih kurang dalam, mohon dipermaklumi saja yah hehehe.

Jadi, di suatu kesempatan ketika mengantar anak-anak sekolah, saya menyampaikan pentingnya berkomunikasi yang baik agar mereka bisa menjalani hidup dengan lebih baik. 3 kemampuan ini penting untuk dimiliki saat berkomunikasi:

1. Emphaty

Sumber foto: Pelatihan Komunikasi Antar Pribadi di Jayapura

Pahami kondisi lawan bicaramu, posisikan dirimu di posisi dia,
saat berkomunikasi. Misalnya jangan bercerita saat pengalaman liburan ke luar negeri sementara kawanmu tidak memiliki kesempatan untuk itu. Atau menceritakan senangnya kita mendapatkan nilai yang bagus, padahal kita tahu teman kita baru mendapat nilai yang jelek. 

Perhatikan juga gestur tubuh dari lawan bicara kita, jika dia sudah menunjukkan rasa enggan dengan topik yang tengah dibicarakan, jangan bernafsu untuk meneruskan obrolan di topik itu. Dengan memiliki empati kepada lawan bicara, kita akan menjadi teman ngobrol yang menyenangkan.

Pun jika kita sedang berbicara di depan publik, empati ini diperlukan untuk membaca "keinginan" audiens. Jangan memaksakan untuk hanya menyampaikan apa yang ingin kita sampaikan, tapi pahami apa yang ingin didengarkan audiens, termasuk memahami kondisi apakah mereka sudah terlihat jenuh atau lelah. Posisikan diri kita sebagai audiens, kira-kira akan menarikkah mendengarkan kita berbicara di depan? Ini menjadi salah satu bekal penting untuk menjadi pembicara publik yang baik.

2. Story Telling

Sumber foto: Edukasi Literasi Digital untuk Mahasiswa Baru Politeknik Caltex Riau

Jadilah teman ngobrol yang tidak membosankan, salah satunya adalah dengan kemampuan kita untuk bercerita dengan "asyik". Ini bisa diasah dengan banyak membaca dan menjadi pendengar yang baik. Rangkai kata-kata dengan baik dan menarik sehingga orang selalu tertarik mendengar kita berbicara. Selipkan jokes saat kita berbicara, tapi perhatikan momen saat mengeluarkan candaan: lihat kondisi lawan bicara serta "timing" saat melontarkannya. 

Kemampuan ini juga sangat penting saat kita berbicara di depan publik, merangkai cerita saat kita presentasi misalnya, bisa membuat audiens "terhanyut" dengan apa yang kita sampaikan. Terus asahlah kemampuan ini, dan jangan segan untuk meminta "review" dari audiens atau teman kita, karena "bercerita" dengan baik adalah hal yang terdengar mudah tapi tidak banyak dikuasai orang.

3. Listening

Sumber foto: ToT Komunikasi Antar Pribadi di Makassar

Ini menjadi kunci saat berkomunikasi, buat saya sendiri kemampuan "mendengarkan" jauh lebih penting dibandingkan kemampuan berbicara itu sendiri. Kadang kita hanya "sekedar mendengarkan" tidak "benar-benar mendengarkan". Orang harus tahu bahwa kita benar-benar mendengarkan. Bagaimana caranya? Dengarkan tidak hanya dengan telinga, tapi juga dengan hati yang dimunculkan dalam gestur tubuh kita. Tunjukkan kita mendengarkan dengan menatap lawan bicara kita, memberikan anggukan atau gestur tubuh lainnya, dan memberi tanggapan sesuai dengan apa yang tengah lawan bicara kita sampaikan.

Hindari "adu nasib". Apa itu? Alih-alih mendengarkan dan memberikan respon yang diharapkan dari apa  yang lawan bicara kita sampaikan, kita malah melontarkan hal yang baru, yang biasanya tentang diri kita. Misalnya saat lawan bicara kita curhat tentang kehidupannya, kita jangan menanggapi dengan balik menceritakan kehidupan kita. 

"Duh, saya capek nih ujian kemaren benar-benar bikin pusing"
"Ah itu sih gak seberapa, saya kemarin ada dua ujian dalam satu hari, kebayang gak pusingnya"

Itulah contoh "adu nasib" yang harus kita hindari saat berkomunikasi


3 kemampuan ini pada umumnya tidak kita dapatkan di bangku sekolah, makanya penting buat kita untuk menanamkan hal ini ke anak-anak agar mereka sadar bahwa saat berkomunikasi juga kita tidak bisa "egois" dan menjadikan mereka menjadi pribadi yang lebih menyenangkan bagi orang-orang di sekitarnya.

Komentar