[Halal Food Bangkok] Petchabury Road Soi 7 (Bagian 1)


Kenikmatan jajanan kaki lima alias street food di Bangkok sudah kondang. Dan di sepanjang ruas jalan ini, kamu bisa menikmati beragam street food khas Thailand dengan tenang karena semuanya Halal. Inilah salah satu spot wisata kuliner Bangkok yang harus kamu sambangi, khususnya buat kaum Muslim.


Di Petchabury Road Soi 7 ada sebuah mesjid yang cukup besar dan ramai, namanya Masjid Darul Aman. Dan selama saya di Bangkok, ada beberapa kali saya mengunjungi mesjid ini. Bukan karena rajin-rajin banget beribadah, tapi karena sepanjang jalan ini banyak street food yang menyajikan makanan halal. Setiap melintas di beberapa ruas jalan di Bangkok selalu tergiur dengan aneka ragam street food yang banyak dijajakan, terutama yang bakar-bakaran. Tapi tentu saja, banyak yang tidak bisa saya cicipi karena sudah jelas mengandung atau memasaknya bersama dengan babi. Tapi tidak di ruas jalan ini, semua jajanan kaki lima yang dijajakan dilabeli Halal!

Untuk menuju lokasi ini bisa menggunakan BTS dan turun di stasiun Ratchadewi, tinggal jalan kaki menuju Petchabury Road. Menyeberang jalan dan belok ke kiri akan tampak deretan kedai makanan yang sajikan halal food, sebut saja Madane Restaurant, Nissareen, Farida Fatoni dan lain-lain. Sayangnya saya belum sempet mencicipi hidangan di kedai-kedai ini. Maybe next time... Tidak jauh dari situ kita akan menemukan jalan kecil di sebelah kanan, itulah ruas jalan Petchabury Road Soi 7. Masjid Darul Aman berada sekitar 30 meter dari jalan masuk ke gang ini. Sebelum memutuskan memilih makanan yang ada, saya coba susuri jalan ini sampai agak ke dalam. ada yang berjualan di kaki lima, ada pula yang memiliki kedai sederhana. Yang terasa agak sulit adalah rata-rata menu dagangan mereka ditulis dengan aksara Thailand yang tentunya sulit untuk orang awam seperti saya membacanya, tapi jangan khawatir para penjaja di sini ramah-ramah dan mau menerangkan makanan yang mereka jual. Walau dengan bahasa Inggris yang terpatah-patah, bahkan dari mereka tidak segan menyampaikannya dengan bahasa Melayu/Indonesia walau hanya satu-dua patah kata.



Pilihan pertama saya jatuh pada sebuah "warung mie baso" yang cukup ramai dikunjungi para pelanggannya pada malam itu. Ada menu terpampang di sana tapi menggunakan aksara Thai. Daripada susah-susah saya langsung saja bilang "One, eat here". Sang penjualnya kemudian menunjuk jenis mie yang harus saya pilih: ada mie biasa, mie lebar (semacam kwietaw) sama bihun.

Tidak menunggu lama, hidangan mie tersaji di depan saya. Aroma yang mengundang langsung menyeruak dari kuah mie ini, ada beberapa lembar daging sapi menemani baso dan mie yang lembut. Kuahnya ada semburat rasa manis selain rasa gurih yang unik, cita rasa yang belum pernah saya cicipi di Indonesia. Harga satu porsinya cuma 40Bath atau sekitar 16ribu rupiah saja. Sebuah harga yang bersahabat untuk porsi besar dan nikmat seperti ini. Sempat melirik pelanggan lain ada yang memesan seperti mie yamin dengan kuah dipisah, duh menggiurkan pula.


Sehabis mencicipi olahan mie baso khas Thailand itu kemudian saya beranjak mencicipi jajanan yang lain. Agak menjorok ke dalam ada pedagang roti dan mataba (martabak), namanya Asman Roti Sedak. Menunya tertulis dalam huruf latin dan dalam bahasa Melayu/Indonesia sehingga bisa saya baca, ada roti biasa, roti jumbo, roti telur, roti jagung, mataba telur, mataba daging, mataba ayam, mataba ikan sading dan lain-lain. Saya pesan yang standard saja mataba telur. Sekilas mirip dengan martabak telur yang biasa kita temui di Indonesia, tapi dengan ukuran yang lebih kecil. Pertama adonan kulitnya disiapkan terlebih dahulu, kemudian disimpan di atas penggorengan dengan minyak panas, di atasnya diberi telur yang sudah dikocok, tapi tanpa bumbu apapun tidak seperti martabak di Indonesia. Setelah ditutup dan matang, mataba telur ini diangkat dan dipotong-potong di atas meja. Nah, bedanya ada di finishing-nya, kalo di Indonesia martabak telur akan diberi acar atau bumbu cuka sebagai pelengkapnya, di tempat ini, mataba yang telah dipotong dikasih gula halus dan susu kental manis! Jadi ternyata memang mataba telur ini adalah kudapan manis, bukan kudapan asin seperti di Indonesia. Harganya pun murah, hanya 20Bath (sekitar 8000 rupiah) untuk satu porsinya.

Sebelum pulang masih sempatkan mampir ke sebuah kedai yang menjual semacam daging yang dibakar layaknya sate. Tapi dagingnya dicincang dulu. Warna kecokelatan dan aroma harum menyeruak dari daging tersebut. Ternyata itu daging ayam, yang dibakar dengan bumbu tertentu dan menghasilkan cita rasa manis dan gurih, enak banget. Tapi hanya bisa take away, disajikan dengan sambal yang juga khas, seperti bubuk cabai di dalam minyak. Harganya 10 Bath (sekitar 4000rupiah) per tusuknya. Enak ini.

Masih ada jajanan lainnya yang saya kunjungi di ruas jalan ini. Nanti disambung yah...

Komentar